Biografi Nabi Muhammad
Nabi
Muhammad SAW adalah Nabi terakhir yang diutus oleh Alloh SWT sebagai
penyempurna ajaran Nabi-Nabi sebelumnya dan juga sebagai Nabi penutup zaman.
Nabi Muhammad dilahirkan di Mekkah pada hari Senin 12 Rabiul Awal Tahun Gajah
atau bertepatan dengan tanggal 20 April 571M.
Nabi Muhammad dilahirkan dari rahim seorang ibu yang
bernama Siti Aminah dan seorang ayah yang bernama Abdullah. Ayah Nabi Muhammad
adalah anak dari Abdul Muthalib yaitu seorang bangsawan suku Quraisy yang
sangat disegani, dengan kata lain Nabi Muhammad adalah cucu dari bangsawan dan
konglomerat di masanya. Namun sayang saat Nabi Muhammad berada di kandungan
ibunya 7 bulan, ayahnya meninggal dunia.
Jadi Nabi
Muhammad sudah menjadi yatim semenjak didalam kandungan.
“Muhammad”
adalah nama yang diberikan oleh kakeknya yang berarti “Yang Terpuji”. Saat
dalam asuhan ibunya, Muhammad disusukan oleh ibunya pada seorang wanita dusun
yang bernama Halimatus Sa’diyah, Muhammad kecil tinggal bersama ibu susunya
elama kurang lebih 4 tahun. Saat itu memang budaya Arab biasa menyusukan anaknya
pada perempuan dusun, diharapkan air susunya masih murni belum tercemar oleh
hawa kota.
Ada
kejadian aneh saat Muhammad kecil berada pada asuhan ibu susunya yaitu suatu
hari Muhammad diajak oleh seorang lelaki berwajah putih bersih dengan mengenakan
pakaian putih, Muhammad kecil diajaknya ke sumur zam-zam, disana Muhammad
dibelah dadanya oleh laki-laki tersebut, dan dicucinya hatinya dengan air
zam-zam. Anak-anak lain yang mengetahui hal itu menceritakannya pada ibu
susunya yaitu Halimatus Sa’diyah. Mengetahui apa yang telah dialami oleh
Muhammad, ibu susunya menjadi khawatir dan akhirnya Muhammad dipulangkan ke ibu
kandungnya yaitu Siti Aminah.
Saat
Muhammad berusia 6 tahun, beliau dan ibunya pergi ke Madinah mengunjungi
kerabat ayahnya namun musibah menghampirinya yaitu ibunya sakit dan meninggal
di perjalanan tepatnya di tanah Abwa, jenazah ibunya dimakamkan disitu juga.
Pada umur enam tahun Muhammad kecil telah menjadi yatim piatu.
Hak asuh Muhammad jatuh ketangan kakeknya yaitu Abdul
Muthalib, saat diasuh kakeknya inilah Muhammad sangat disayang sehingga ia bisa
melupakan kesedihannya ditinggal ayah dan ibunya. Namun hal itu hanya
berlangsung selama dua tahun karena sang kakek yang sangat mengasihinya juga
meninggal dunia.
Muhammad kecil yang telah yatim piatu akhirnya diasuh
oleh pamannya yaitu Abu Thalib. Dibawah asuhan sang paman Muhammad diperlakukan
seperti anaknya sendiri dan ia juga bergaul dengan anak pamannya yang lain. Ia
menggembalakan domba seperti saudara lainnya dimana saat itu penggembala domba
adalah profesi yang sangat menguntungkan dan menjadikan Muhammad menjadi
pengusaha kecil.
Saat Muhammad berusia 12 tahun, ia diajak oleh sang
paman yang seorang eksportir, mengirim dagangan ke negeri Syam. Dalam
perjalanan itu mereka dikutit oleh seorang pendeta yang bernama Buhairah.
Pendeta itu melihat bahwa ada seorang anak muda yang berada dalam kafilah itu
yang selalu dinaungi awan, dan di punggungnya ada toh yang berinisial “Rasul
Allah”. Saat ditanyai oleh pendeta tersebut bahwa anak muda itu bernama Ahmad
atau Muhammad maka sang pendeta buru-buru menemui paman beliau yang merupakan
penanggung jawab perjalanan itu dan menyempaikan agar kafilah mereka harus
secepatnya pulang ke Mekkah karena dikhawatirkan anak muda yang bernama Muhammad
itu akan dibunuh orang Yahudi karena anak muda itu kelak akan menjadi seorang
Rasul. Dimana sudah terkenal jika Yahudi terkenal sebagai pembunuh Rasul
sebelumnya seperti Nabi Zakaria serta hampir membunuh Nabi Isa juga.
Setelah
menerima nasihat dari pendeta tersebut akhirnya kafilah mereka segera
menuntaskan urusannya di negeri Syam dan segera pulang ke Mekkah.
Pada umur
25 tahun, Muhammad berkongsi dengan Khadijah yaitu seorang janda kaya raya yang
sangat terkenal. Muhammad bertugas untuk membawa barang dagangan Khadijah untuk
dipasarkan ke luar negeri. Ditemani dengan seorang pembantu Khadijah yang
bernama Ummu Aiman, Muhammad berangkat membawa dagangan Khadijah ke luar negeri
Mekkah. Saat menjajakan dagangannya, Muhammad sangatlah jujur dan mengatakan
kondisi barangnya apa adanya, dari situlah dagangan yang dibawa Muhammad laku
keras dan cepat habis, Muhammad pulang membawa laba besar dan Ummu Aiman
menceritakan kejujuran akhlak beliau pada majikannya, Khadijah. Mendengar
cerita dari pembantunya, Khadijah diam-diam terpesona pada sosok Muhammad.
Khadijah
kemudian mengungkapkan hal itu melalui orang suruhannya pada Abu Thalib, paman
Muhammad untuk meminang Muhammad. Saat itu budaya Mekkah memperbolehkan
perempuan menyatakan pinangannya pada laki-laki dan hal itu adalah sesuatu yang
wajar (saat itu Mekkah menganut budaya matrilinear yaitu garis keturunan
menganut garis ibu).
Muhammad
sebenarnya juga mengagumi sosok Khadijah yang walaupun seorang Konglomerat
namun tetap rendah hati serta tidak menyembah berhala. Muhammad yang saat itu
terkenal sebagai “Pengusaha Muda “ yang tengah menanjak popularitasnya
menyatakan kesediaannya untuk menikah dengan Khadijah yang seorang janda kaya
raya berumur 40 tahun.
Muhammad
menikahi Khadijah dengan mas kawin 100 ekor unta, coba anda pikirkan betapa
kayanya Muhammad saat itu, satu ekor unta untuk harga saat ini saja mencapai 10
juta, jika seratus ekor unta maka mas kawin Muhammad untuk Khadijah saat ini
seperti mas kawin yang mencapai 1 miliar. Coba teman-teman jawab, pengusaha
muda mana di Indonesia yang sanggup memberikan mas kawin senilai hampir satu
miliar pada calon istrinya, paling cuma seperangkat alat shalat saja.
Ini
membuktikan bahwa Muhammad saat itu benar-benar seorang pengusaha yang sukses
dan kaya raya. Muhammad memang dipersiapkan oleh Alloh untuk menjadi pemimpin
maka faktor modal termasuk finansial juga harus kuat. Jika tidak kuat secara
finansial tak mungkin bisa mendanai dakwah Islam yang saat awal mendapat
tantangan luar biasa, lagian gak mungkin ada orang yang mau mendengar jika
seorang Rasul adalah orang yang kekurangan. Seorang Rosul Alloh bukanlah orang
miskin yang suka meminta sedekah.
Rosul Alloh
adalah orang yang latar belakang keluarganya baik-baik bahkan seorang bangsawan
dan pastilah orang yang kuat pengaruhnya dan kaya-raya di masyarakatnya dan di
jamannya. Khadijah juga tidak mungkin mau jika calon suaminya tidak seimbang
dengannya, selain memiliki integritas calon suami Khadijah juga harus memiliki
visi, ilmu dan kekuatan finansialnya bisa menandingi Khadijah karena suaminya
harus juga bisa menjalankan bisnis milik Khadijah selain bisnisnya sendiri dan
orang yang cocok itu adalah Muhammad. Begitulah Alloh mengatur dan
mempersiapkan manusia pilihannya yang kelak mengemban tugas super berat dan
sangat mulia sebagai Rosul Alloh yang harus memperbaiki masyarakat yang sangat
rusak dan bejat menjadi masyarakat Madani yang hidup sesuai dengan aturan
Alloh.
Perlu
diingat bahwa Muhammad menikah dengan Khadijah bukan karena kekayaan Khadijah
melainkan karena sosok Khadijah yang sangat rendah hati dan penyantun pada
fakir miskin serta Khadijah tetap memegang teguh ajaran Tauhid yang dibawa oleh
Nabi terdahulu yaitu hanya menyembah Alloh dan tidak menyembah berhala, hal itu
sangat berkebalikan dengan tabiat wanita-wanita kaya Quraisy lainnya dimana
suka memamerkan aurot, suka bersolek, pamer kekayaan, menonjolkan perhiasannya,
berpesta pora, menyembah berhala dan bermegah-megahan. Khadijah adalah wanita
mulia dan terjaga dari hal-hal rendah seperti itu, meskipun ia sebenarnya
sangat mampu untuk melakukan hal itu karena kekayaan dan pengaruhnya yang
sangat besar namun ia menjauhi hal-hal rendah itu.
Dari
pernikahannya, Muhammad dan Khadijah dikaruniai enam orang anak yang bernama
Qasim, Zainab, Ruqayyah, Fatimah, Ummu Kaltsum, dan Abdullah. Muhammad juga
memiliki putera yaitu Ibrahim dari ibu Mariya al-Qibthiyyah. Jadi sebenarnya
putera Muhammad ada tujuh.
Proses
Kenabian Muhammad SAW.
Sejak muda
Muhammad diberi gelar Al-Amin yang berarti dapat dipercaya. Gelar ini
disematkan oleh masyarakat Arab saat itu karena memang Muhammad adalah orang
yang sangat jujur jika diberi amanah. Banyak orang Quraisyi yang menitipkan
hartanya pada Muhammad dan pastilah aman dan tidak dicurangi. Saat itu belum ada
bank seperti saat ini, sehingga jika pedagang sedang berdagang ke luar negeri
seperti ke Syam atau ke negara di luar Mekkah maka hartanya di rumah dititipkan
pada seseorang yang bisa dipercaya dan yang paling terkenal amanahnya jika
dititipi harta benda itu adalah Muhammad.
Ada juga
peristiwa yang membuat Muhammad semakin disegani masyarakat saat itu yaitu
ketika Ka’bah dibersihkan dan Hajar Aswad harus kembali diletakkan pada tempat
semula, setiap ketua suku saling berebut untuk meletakkannya bahkan nyaris
terjadi pertumpahan darah, karena suatu kebanggaan bagi sebuah suku jika ketua
suku mereka menjadi orang yang meletakkan batu hitam yang sangat mulia dan
bersejarah itu. Namun kemudian sesepuh dari mereka berkata bahwa bagaimana
kalau orang yang meletakkan Hajar Aswad adalah orang yang akan datang pertama
kali dari balik bukit.
Dan mereka
menunggu orang tersebut dan akhirnya orang tersebut adalah Muhammad Al-Amin.
Maka Muhammad segera berfikir dan mengambil sehelai kain panjang, diletakkannya
Hajar Aswad di tengah-tengah kain tersebut, lalu disuruhnya setiap kepala suku
untuk memegang dan mengangkat ujungnya menuju tempat Hajar Aswad itu setelah
sampai, Muhammad dengan tangannya yang mulia memasangkan batu hitam itu
ditempatnya.
Puaslah
para ketua suku atas solusi Muhammad. Bisa saja saat itu Muhammad tidak perlu
membuat keputusan untuk menggelar kain dan menyuruh tiap ketua suku untuk
mengangkat ujungnya, bisa saja Muhammad sendiri yang langsung meletakkan batu
tersebut sendirian tanpa perlu melibatkan para ketua suku namun Muhammad
bukanlah orang yang egois, beliau adalah orang yang luar biasa cerdas serta
bijaksana, beliau tahu bahwa sangat membanggakan sekali jika bisa menjadi orang
yang meletakkan Hajar Aswad ditempatnya maka beliau membuat keputusan tersebut
agar semua suku merasa puas dan bangga. Itulah yang membuat orang sangat
mengagumi pemuda yang bernama Muhammad ini.
Muhammad
sangat peka terhadap sekelilingnya, beliau sering berfikir akan kerusakan
sosial yang terjadi di sekitarnya. Saat itu marak sekali di masyarakat terjadi
penyimpangan sosial seperti mabuk-mabukan menjadi hal yang biasa, perampasan
hak serta penindasan oleh si kaya terhadap si miskin, perbudakan, seks bebas,
pemerkosaan, bermegah-megahan, mengubur bayi perempuan hidup-hidup karena
memiliki anak perempuan dianggap sebagai sesuatu yang memalukan. Mungkin
kebobrokan masyarakat saat itu tak jauh berbeda dengan yang terjadi di
sekeliling kita saat ini.
Saat usia
beliau menginjak 35 tahun, Muhammad sering mengasingkan diri keluar kota Mekkah
agar lebih tenang dan dapat berfikir jernih. Sebagai seorang yang sangat peduli
dengan lingkungannya dan bangsanya, Muhammad ingin melakukan sesuatu agar
kerusakan moral yang terjadi di kalangan masyarakat Arab tak terus berlanjut.
Namun beliau sendiri bingung harus memulai dari mana. Tempat yang beliau pilih
untuk merenung dan berfikir adalah Gua Hira’.
Akhirnya
pada saat usia Muhammad 40 tahun disuatu malam saat beliau sedang khusyuk
berdoa pada sang Khalik, muncullah cahaya putih yang tak lain adalah malaikat
Jibril dan berkata “Iqra’” yang berarti “Bacalah” dan Muhammad menjawab aku tak
bisa membaca. Memang Nabi Muhammad adalah seorang yang Umi atau buta huruf. Karena
saat itu sangat jarang sekali orang yangbisa membaca dan menulis jika bukan
seorang yang khusus mempelajari syair dan sastra. Orang yang tidak bergulat
dibidang syair jarang yang bisa membaca dan menulis.
Lalu Jibril
mengatakan lagi “Iqra’” dan Muhammad menjawab aku tak bisa membaca. Kemudian
Jibril mendekat dan merangkul Muhammad yang saat itu sedang ketakutan karena
didatangi orang asing dan berkata padanya untuk yang ketiga kalinya “Iqra’
bismirabbikalladzii Khalaq...” Itu adalah surat AL-‘Alaq ayat 1-5 yaitu wahyu
yang pertama kali turun pada Muhammad dan resmilah saat itu yaitu malam 17
Ramadhan Muhammad diangkat oleh Alloh menjadi Rasulnya.
Berikut ini
adalah bunyi wahyu pertama “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha
Pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al-Alaq 96: 1-5)
Setelah
menirukan Jibril membaca surat Al- ‘Alaq ayat 1-5, Nabi Muhammad pun segera
pulang dengan rasa takut dan gemetar. Sesampai di rumah beliau meminta pada
istri beliau Khadijah untuk menyelimutinya. Setelah tenang beliau bercerita
pada Khadijah bahwa beliau telah didatangi orang yang sangat putih bersih dan
tampan dan menyuruhnya untuk membaca surat Al-‘Alaq dimana isi bacaannya sangat
indah dan belum pernah ada sebelumnya.
Khadijah
adalah istri yang sangat bijaksana, mendengar cerita suaminya, beliau tersenyum
dan berkata “ Berbahagialah suamiku sesungguhnya itu adalah Jibril, yaitu
malaikat yang juga diturunkan pada Rosul sebelum engkau.” Saat itu Muhammad
belum mengerti jika itu adalah Jibril.
Lalu
Khadijah pergi ke rumah saudaranya yang menjadi ahli kitab yang tetap berpegang
pada ajarann Tauhid yang bernama “Waraqaq bin Naufal” dan menceritakan apa yang
dialami suaminya. Waraqaq pun berkata bahwa orang yang disebut dalam kitab
sebelumnya telah datang yaitu Muhammad suami Khadijah dan Waraqaq pun berpesan
pada Khadijah agar menjaga sang suami sepanjang waktu karena, suaminya adalah
manusia piluhan yang selama ini ditunggu tunggu kehadirannya. Waraqaq pun
menambahkan bahwa jikalau ia masih muda dan sehat tentu ia akan sekuat tenaga
melindungi Rosul Muhammad dan akan membelanya saat beliau nanti dimusuhi dan
diusir dari Mekkah oleh orang kafir Quraisy.
Itulah
keterangan Waraqaq pada Khadijah. Dan mulai saat itu Khadijah semakin kagum
pada suaminya, ternyata suaminya adalah orang yang dipilih Alloh menjadi Rosul
penutup zaman seperti yang sudah disebut pada kitab Taurat, Zabur dan Injil.
Setelah
wahyu pertama kemudian turun wahyu kedua dan seterusnya yang intinya Nabi
Muhammad disuruh untuk menyampaikan bahwa yang berhak disembah adalah Alloh SWT
bukanlah lainnya buakan juga berhala-berhala Latta, Uza, Manata yang selama ini
menjadi sesembahan kaum Quraisy kebanyakan. Muhammad pun kemudian menyampaikan
dakwahnya secara sembunyi-sembunyi, saat itu yang pertama kali menerima
dakwahnya tentulah istri beliau, Khadijah, kemudian Abu Bakar sahabat beliau
dan kemudian Ali bin Abi Thalib, sepupu beliau.
Berikut ini
adalah bunyi wahyu kedua “Hai orang yang berkemul (berselimut),
bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Rabbmu agungkanlah, dan pakaianmu
bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah, dan
janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
Dan untuk (memenuhi perintah) Rabbmu, bersabarlah.” (Al-Mudatsir 74: 1-7)
Dakwah
sembunyi-sembunyi ini dilakukan selama 3 tahun. Biasanya beliau melakukan pertemuan
di rumah Arqam bin Abi Arqam yaitu seorang pemuda Quraisy yang juga memiliki
pengaruh, terpandang dan kaya-raya sehingga tak ada orang yang berani untuk
mengusiknya. Karena sering melakukan kajian di rumah Arqam bin Abi Arqam inilah
maka dakwah beliau ini sering terkenal dengan sebutan “Darul Arqam”. Orang yang
pertama-tama masuk Islam ini terkenal dengan sebutan Assabiqunal Awwalun.
Berikut ini
adalah daftar orang yang pertama kali masuk Islam (sumber Wikipedia) :
Khadijah binti
Khuwailid
|
Sa'ad bin Abi Waqqas
|
Ummu al-Fadl Lubaba
|
|
Zaid bin Haritsah
|
Thalhah bin
Ubaidillah
|
Shafiyyah
|
|
Ali bin Abi Thalib
|
Abdullah bin Zubair
|
Asma' binti Abu Bakr
|
|
Abu Bakar Al-Shiddiq
|
Miqdad bin Aswad
|
Fatimah bin Khattab
|
|
Bilal bin Rabah
|
Utsman bin Mazh'un
|
Suhayb Ar-Rummi
|
|
Ummu Aiman
|
Said bin Zayd bin
Amru
|
||
Hamzah bin Abdul
Muthalib
|
Abu Ubaidah bin
al-Jarrah
|
||
Abbas bin Abdul
Muthalib
|
Waraqah bin Naufal
|
||
Abdullah bin
Abdul-Asad
|
Abu Dzar Al-Ghiffari
|
||
Ubay bin Kaab
|
Umar bin Anbasah
|
||
Abdullah bin Rawahah
|
Sa’id bin Al-Ash
|
||
Abdullah bin Mas'ud
|
Abu Salamah bin Abdul
Asad
|
||
Mus'ab bin Umair
|
Abu Abdillah al-Arqam
bin Abi al-Arqam
|
||
Mua'dz bin Jabal
|
Yasir bin Amir
|
||
Aisyah
|
Ammar bin Yasir
|
||
Umar bin Khattab
|
Sumayyah binti
Khayyat
|
||
Utsman bin Affan
|
Amir bin Abdullah
|
||
Arwa' binti Kuraiz
|
Ja'far bin Abi Thalib
|
||
Zubair bin Awwam bin
Khuwailid
|
Khabbab bin 'Art
|
||
Abdurrahman bin Auf
|
Ubaidah bin Harits
|
||
Setelah
tiga tahun dakwah sembunyi-sembunyi, Maka sudah saatnya Nabi Muhammad berdakwah
terang-terangan. Suatu hari Muhammad mengumpulkan orang-orang Makkah di suatu
tempat. Karena orang yang mengundang adalah termasuk orang yang berpengaruh
maka datanglah seluruh penduduk Makkah baik itu yang berpangkat dan kaya-raya
ataupun yang orang biasa sampai budakpun datang.
Lalu
Muhammad Al-Amin mengatakan sesuatu yang sangat diplomatis “ Hai penduduk
Makkah, percayakah kalian jika aku mengatakan ada segerombolan unta dibalik
bukit itu.” Lalu orang-orang pun berkata “ Wahai Al-Amin, anda adalah orang
yang tidak pernah berbohong, man mungkin kami tak percaya.” Begitulah jawaban
mereka. Lalu Nabi Muhammad menyampaikan wahyu Alloh yang diterimanya dan
mengajak manusia untuk hanya menyembah Alloh.
Dari dakwah
secara terang-terangan ini mulailah banyak yang memeluk Islam dan juga mulailah
kaum Quraisy yang merasa kepentingannya akan bergesekan mengecam keras dan
memusuhi Nabi besrta pengikutnya. Islam menyerukan peersamaan hak dan tidak
boleh ada kasta dalam tatanan masyarakat, ini sangat bertentangan dengan
kebanyakan kaum bangsawan yang banyak memiliki budak dan mempekerjakannya tanpa
upah dan banyak yang tanpa perasaan menyiksa mereka. Oleh karena itu banyak
orang yang tidak suka dengan ajaran Muhammad karena membuat mereka akan
kehilangan keuntungannya dan hartanya dalam mempekerjakan budak tanpa upah.
Banyak
sekali ancaman, kecaman dan siksaan yang dialami oleh orang yang memeluk Islam
diawalnya seperti Bilal bin Rabbah adalah seorang budak berkulit hitam yang
telah Islam kemudian disiksa majikannya dengan ditindih batu besar di padang
pasir di waktu siang, majikannya menyuruh Bilal untuk kembali keajaran nenek
moyangnya namun Bilal tidak mau. Akhirnya setelah berhari-hari disiksa dan
ketahuan Abu Bakar, Bilal pun ditebusnya dan dibebaskan dari siksaan
majikannya.
Ada lagi
keluarga budak yang disiksa yaitu keluarga Amar bin Yasir yang telah Islam dan
ketahuan majikannya yaitu Abu Jahal lalu disiksa dengan dicambuk,
ditenggelamkan ke air sampai mengelupas kulitnya, dibakar, sampai ia sudah tak
bisa merasakan lagi perih kulitnya. Begitu pedih siksaan yang diterima orang
Islam sampai tak tega penulis memaparkannya satu persatu. Kebanyakan siksaan
itu dilakukan oleh majikan terhadap budaknya.
Namun
jangan dikira orang Islam yang mendapat siksaan hanya kalangan orang miskin dan
budak saja. Banyak pula pembesar kaya raya Quraisy yang telah Islam yang juga
mendapat tekanan namun tentu tidak sepedih pada yang lemah. Seperti Abu Bakar,
Hamzah dan Arqam bin Abi Arqam. Namun para bangsawan Islam ini harus
mati-matian juga melindungi orang Islam yang lemah yang sedang disiksa serta
harus berhati-hati dalam bertindak agar tidak ada celah bagi kafir Quraisy lain
untuk menjatuhkannya. Ini menandakan bahwa orang Islam haruslah kuat secara
keseluruhan baik imannya, finansialnya ataupun ilmunya agar tidak ada orang
kafir yang berani menginjak orang Islam.
Isra’
Mi’raj
Selama
menyebarkan Islam, Nabi Muhammad selalu dimusuhi oleh kafir Quraisy. Namun
begitu para kafir Quraisy tak berani terlalu jauh dalam memusuhinya karena Nabi
Muhammad mendapat perlindungan dari pamannya yaitu Abu Thalib seorang pemimpin
Quraisy yang sangat disegani. Walau Abu Thalib belum mengucap dua kalimat
syahadat namun beliau sangat mendukung dakwah Nabi dan selalu melindunginya
dari orang kafir lainnya yang mau menyakiti Nabi. Namun saat Abu Thalib wafat,
dan pemimpin Quraisy dari bani Hasyim beralih ke yang lain, saat itu juga
perlindungan terhadap Muhammad dicabut dan semakin menjadi-jadilah orang kafir
memusuhi Muhammad dan orang Islam lainnya.
Satu lagi
pelindung Muhammad dalam berdakwah adalah Khadijah, istri Nabi sendiri. Sudah
disebutkan diatas bahwa Khadijah bukanlah wanita sembarangan, beliau adalah
wanita yang terhormat, kaya-raya dan memiliki pengaruh di kalangan orang
Makkah. Dengan harta dan kedudukannya sebagai bangsawan tersebut Khadijah
selalu membela Nabi dari kejahatan para kafir Quraisy yang ingin menyakiti dan
membunuh Nabi. Namun saat Khadijah wafat bertambah sedihlah hati Nabi, sudah
tak ada lagi orang-orang dekat yang selalu melindungi dan mendukungnya.
Tahun
dimana Khadijah dan Abu Thalib wafat yang berada di tahun yang sama membuat
Nabi merasa sedih begitu mendalam, tahun ini disebut tahun kesediahan atau Amul
Husna.
Alloh tahu
kesedihan yang dirasakan Nabi, lalu pada suatu malam, tanggal 27 Rajab setahun
sebelum Nabi Hijrah ke Madinah, Nabi didatangi malaikat Jibril. Malaikat Jibril
kemudian mengajak Nabi menaiki Buroq. Nabi kemudian diterbangkan menuju Baitul
Maqdis atau Masjidil Aqsa di Palestina (Isra’) lalu naik ke Sidratul Muntaha
atau langit ke tujuh (Mi’raj). Di sana Nabi menerima perintah shalat lima waktu
langsung dari Alloh.
Dalam
perjalanan spiritual ini Nabi benar-benar merasa di cash kembali oleh Alloh
setelah kesedihan yang dialaminya dan semakin bersemangat dalam berdakwah.
Dalam perjalanan itu Nabi juga bertemu dengan Rasul-Rasul terdahulu serta
diperlihatkan Surga dan Neraka.
Setelah
pulang dari perjalanan, Nabi pun menceritakan pada sahabatnya, awalnya banyak
yang heran namun karena Nabi terkenal tak pernah berbohong maka sahabat
langsung mempercayainya dan semakin bertambah keimanannya. Sahabat yang pertama
kali mempercayai Isra’ Mi’raj adalah Abu Bakar dan dari sinilah beliau diberi
gelar As Sidiq yang artinya “yang mempercayai”.
Orang kafir
yang mendengar berita tentang Isra’ Mi’raj ini malah menertawakan dan mengatai
bahwa Nabi Muhammad seorang pembual dan gila namun setelah Muhammad
menceritakan bahwa beliau telah bertemu dengan kafilah dagang yang akan segera
menuju Mekkah dan sesaat kemudian benarlah apa yang dikatakan Nabi bahwa
kafilah itupun datang. Semakin beranglah para kafir dan semakin kuat dan
bertambah banyak umat yang menerima ajaran Muhammad. Semakin kejamlah perlakuan
kafir Quraisy terhadap pengikut Muhammad.
Puncak dari
penderitaan yang dialami orang Islam adalah ketika mereka diboikot oleh orang
kafir Mekkah dari segala kegiatan sosial terutama kegiatan ekonomi. Mereka
tidak diperbolehkan berdagang, tidak diperbolehkan menerima bantuan dari
manapun. Banyak dari orang Islam yang kelaparan bahkan meninggal saat itu.
Harta Nabi dan istrinya yang begitu banyak serta para sahabat yang kaya raya
pun hampir habis untuk mendanai dakwah ini terlebih lagi saat krisis ekonomi
karena pemboikotan itu. Yang lebih parah lagi mereka diusir dari rumah dan
kampung halaman mereka sendiri tanpa boleh membawa hartanya sepeserpun.
Menghadapi
hal ini, keputusan akhirnya dibuat oleh Nabi Muhammad dan sahabat bahwa mereka
harus pindah dari Mekkah dan menyusun kekuatan diluar Mekkah. Dipilihlah
Yastrib atau Madinah sebagai tujuan pindah atau hijrahnya mereka. Awalnya yang
harus berangkat adalah orang Islam yang sering menerima penderitaan karena
disiksa. Mereka berangkat ke Madinah berjalan kaki dan ada yang menunggang unta
tanpa membawa harta benda apapun, hanya bekal makanan untuk cukup di perjalanan
saja.
Jarak
Makkah Madinah adalah seperti jarak Jakarta dan Surabaya dan itu ditempuh
dengan berjalan kaki selama delapan hari. Bayangkan begitu berat perjuangan
awal menegakkan Agama Islam yang benar ini. Sudahlah mereka mendapat siksa di
Makkah lalu meninggalkan harta yang selama ini dikumpulkannya dengan susah
payah guna berhijrah ke Madinah untuk mempertahankan keimanan mereka lalu
mereka harus menempuh perjalanan yang begitu panjang dan berat lagi guna menuju
Madinah. Itupun dengan bayangan dikejar-kejar dan dibunuh oleh orang Quraisy.
Tibalah
Nabi Muhammad yang harus berhijrah. Nabi melakukan hijrah termasuk yang
terakhir karena untuk memastikan orang Islam Mekkah harus berangkat duluan,
terutama mereka yang sering disiksa oleh orang kafir Quraisy. Pada malam itu
orang kafir Quraisy telah mengepung rumah Nabi guna membunuhnya. Lalu disuruh
oleh Nabi anak paman beliau yaitu Ali bin Abi Thalib untuk menggantikan Nabi
tidur di tempat tidur Nabi dan berpura-pura sebagai Muhammad. Lalu saat tengah
malam para kafir tersebut tertidur pulas karena kelelahan menunggu keluarnya
Nabi Muhammad. Dengan mengendap-endap Nabi pun keluar dari rumahnya lewat pintu
belakang. Ditaburkannya debu ke muka kafir yang sedang tertidur pulas itu lalu
dengan cepat beliau berlari menuju Abu Bakar dan berangkat bersama menuju
Madinah.
Saat fajar
tiba, kafir Quraisy yang berencana membunuh Nabi pun kecewa karena mereka telah
tertidur dan melihat bukan Nabi yang tidur di kamarnya melainkan Ali bin Abi
Thalib, mengetahui itu segeralah kafir Quraisy itu mengejar Nabi yang sudah
berangkat ke Madinah bersama Abu Bakar. Mengetahui dirinya dikejar dari belakang,
Nabi dan Abu Bakar pun bersembunyi di gua Tsur. Ketika Nabi sudah berada di
dalam gua, laba-laba gua pun segera membentuk jaring yang sangat lebat agar
tidak ketahuan jika di dalamnya ada Nabi yang sedang bersembunyi. Orang kafir
pun akhirnya sampai di muka gua Tsur dan tak melihat tanda-tanda ada orang di
dalamnya, akhirnya mereka kembali ke Mekkah dan gagal lah rencana mereka untuk
membunuh Nabi Alloh Muhammad SAW.
Nabi
Muhammad dan Abu Bakar pun melanjutkan perjalanan, sesampainya di Quba yaitu
daerah antara Mekkah dan Madinah, Nabi mendirikan Masjid yang pertama dan di
namakan Masjid Quba. Pada hari ke delapan Nabi dan Abu Bakar sampai di Madinah.
Beliau disambut sukacita oleh penduduk Madinah dan juga penduduk Mekkah yang
telah hijrah sebelumnya. Di Madinah inilah Nabi kemudian menyusun kekuatan
Islam. Pertama-tama Nabi mempersatukan kaum Muhajirin yaitu penduduk Mekkah
yang telah Islam dan ikut hijrah dan kaum Anshar yaitu penduduk Madinah yang
menerima keRasulan Muhammad dan memeluk Islam menjadi layaknya saudara.
Kemudian
Nabi mendirikan Masjid Nabawi sebagai tempat shalat dan juga konsolidasi
kekuatan Islam baik secara politik dan ekonomi. Umat Islam juga mendirikan
pasar sendiri yang digunakan untuk membangun kekuatan ekonomi Islam. Dari
sinilah umat Islam bersatu dan menjadi besar.
Sebelum
Nabi Muhammad di Madinah, sudah banyak penduduk Madinah yang mendengar cerita
tentang Islam dan mengakui Nabi sebagai Rosul namun juga banyak orang Yahudi
yang tinggal di Madinah. Sehingga walau Nabi diterima oleh sebagian penduduk
Madinah dan pembesar Madinah, Nabi pun harus waspada terhadap orang Yahudi.
Orang Yahudi di Madinah memiliki pengaruh ekonomi yang cukup kuat.
Pasar
Yahudi sangat ramai dikunjungi masyarakat Madinah, namun pasar orang Yahudi ini
sering melakukan kecurangan dan harganya terkenal mahal. Mengingat pasar saat
itu adalah sentra ekonomi dan pengalaman di Makkah saat diboikot karena tak
memiliki pusat ekonomi sendiri, maka Nabi pun memutuskan harus mendirikan
pasar. Pasar yang khusus penjualnya dan penguasanya adalah orang Islam dan
harganya jauh lebih murah dari pasar Yahudi. Lama-lama pasar Islam bisa
mengalahkan pasar Yahudi. Ya memang orang Islam harus memiliki kekuatan
terutama di sektor strategis seperti ekonomi dan politik.
Di bidang
politik, Nabi pun mulai menyusun kekuatan dengan melatih prajurit perang karena
Nabi berfikir bahwa suatu saat gesekan pasti terjadi. Nabi melalui Islam selalu
menyerukan agar orang kafir tidak menyembah berhala dan hanya menyembah Alloh
serta tidak melakukan kecurangan dalam hidup baik itu seperti mengurangi
timbangan ataupun bermegah-megahan karena hal itu membuat masyarakatnya lambat
laun akan rusak dan akan melahirkan generasi yang lemah, nah orang yang merasa
kepentingannya bergesekan seperti bangsawan yang kekayaannya dari membuat
patung berhala, pedagang yang suka curang dan juga bangsawan yang kedudykannya
terancam tentu tidak senang dengan ajaran yang dibawa Muhammad karena akan
merugikan dirinya inilah yang memerangi Islam dan menjatuhkan orang Islam
dengan segala cara, baik itu dengan cara trik halus atau dengan senjata secara
langsung.
Inilah yang
membuat Nabi berfikir Islam harus bisa memiliki prajurit yang tangguh untuk
melindungi orang Islam dari serangan orang kafir yang tidak mau menerima
kebenaran. Nah, tuh kan teman, orang Islam itu harus kuat disegala bidang. Di
bidang keimanan harus kuat tak mudah goyah, dibidang ekonomi juga harus kuat
dan menguasai apalagi di bidang politik dan keamanan juga harus tangguh agar
tak mudah di pecah belah dan diinjak oleh orang yang gak suka kebenaran Islam.
Perjanjian
Hudaibiyah
Pada tahun
628M sekitar 1400 Myslim menuju Mekkah untuk melaksanakan ibadah Haji. Namun
kafir Quraisy menghadangnya diluar Mekkah karena mereka sebenarnya mulai takut akan
kekuatan Islam. Hampir saja saat itu terjadi peperangan kembali. Namun akhirnya
Nabi Muhammad mengajak kafir Quraisy berunding dan meyakinkan bahwa kedatangan
mereka benar-benar untuk ibadah Haji.
Akhirnya
Kafir Quraisy yang diwakili Suhail bin ‘Amru setuju untuk berunding. Disebuah
tempat anatara Makkah dan Madinah yaitu Hudaibiyah terjadilah perundingan yang
terkenal dengan perundingan Hudaibiyah yang berisi :
"Dengan
nama Tuhan. Ini perjanjian antara Muhammad (SAW) dan Suhail bin 'Amru,
perwakilan Quraisy. Tidak ada peperangan dalam jangka waktu sepuluh tahun.
Siapapun yang ingin mengikuti Muhammad (SAW), diperbolehkan secara bebas. Dan
siapapun yang ingin mengikuti Quraisy, diperbolehkan secara bebas. Seorang
pemuda, yang masih berayah atau berpenjaga, jika mengikuti Muhammad (SAW) tanpa
izin, maka akan dikembalikan lagi ke ayahnya dan penjaganya. Bila seorang
mengikuti Quraisy, maka ia tidak akan dikembalikan. Tahun ini Muhammad (SAW)
akan kembali ke Madinah. Tapi tahun depan, mereka dapat masuk ke Mekkah, untuk
melakukan tawaf disana selama tiga hari. Selama tiga hari itu, penduduk Quraisy
akan mundur ke bukit-bukit. Mereka haruslah tidak bersenjata saat memasuki
Mekkah"
Perang
Badar
Orang kafir
Mekkah tak pernah begitu saja melepaskan Muhammad dan pengikutnya walau sudah
hijrah ke Madinah, mereka takut jika suatu hari kelak Muhammad semakin kuat dan
ganti menyerbu Mekkah. Oleh karena itu mereka tetap melakukan penghasutan
terutama pada Yahudi Madinah agar terus mengganggu Muhammad dan tak
membiarkannya menjadi besar. Peperangan kecil pun sering terjadi antara kaum
Muslimin dan kaum kafir Quraisy, Perjanjian Hudaibiyah banyak isinya yang
dilanggar sepihak oleh kafir Quraisy. Akhirnya meletuslah peperangan yang
sesungguhnya yang jauh lebih besar dari perang-perang kecil sebelumnya inilah
kemudian yang terkenal dengan nama Perang Badar.
Perang
Badar terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke dua Hijriah. Perlu diketahui
bahwa sejak pertama kali Nabi Muhammad datang ke Madinah saat hijrah ditetapkan
sebagai tanggal satu Hijriah dan menjadi penanggalan khusus untuk Islam sampai
sekarang. Perang Badar terjadi di daerah Badr, Hijaz sebelah barat semenanjung
Arab. Badr adalah daerah yang banyak terdapat sumur sumber mata air yang biasa
digunakan musafir untuk rehat dan meminum airnya menghilangkan dahaga selepas
perjalanan jauh mengarungi gurun pasir.
Perang
Badar terjadi karena umat Islam sudah sangat sering didzalimi oleh orang kafir
Quraisy. Walaupun perjanjian telah disepakati tetapi orang kafir Quraisy terus
saja melanggarnya duluan. Awalnya umat Islam berusaha sabar namun para kafir itu
terus-menerus menginjak-injak martabat umat Islam sehingga tak ada jalan lain
kecuali perang untuk membela martabat umat Islam. Sewaktu kaum Muhajirin
berhijrah ke Madinah dan meninggalkan hartanya seperti rumah, ternak dan
perkebunan di Mekah ternyata harta mereka dijual oleh para kafir Quraisy.
Tentu saja
hal ini membuat orang Islam berang. Sewaktu muslim Madinah tahu bahwa pimpinan
kafir Quraisy yang bernama Abu Sufyan dan para pengikutnya akan berdagang dan
akan melewati daerah Badar, Nabi Muhammad menyusun rencana untuk mencegat Abu
Sufyan disana. Mengapa hal itu akan dilakukan karena perjalanan dagang Abu
Sufyan itu didanai oleh harta Muhajirin yang ditinggal di Mekkah dan secara
sepihak di jual dan di hak-i oleh kafir Quraisy, sehingga sudah sepatutnya jika
harta yang seharusnya milik Muhajirin itu di minta kembali.
Kemudian
Nabi mulai menyusun kekuatan, Nabi mengerahkan sekitar tuga ratusan bala
tentara perang dari Anshar dan Muhajirin untuk diberangkatkan ke Badar dan
harus sampai duluan sebelum Abu Sufyan sampai disana. Sesampainya di Badar,
Nabi menginstruksikan untuk menguasai satu sumur Badar dan menimbun sumur yang
lain agar para kafir tak bisa mengambil air minum. Abu Sufyan yang sudah dalam
perjalanan menuju Badar mendengar hal itu dan memerintahkan seorang utusan untk
ke Mekkah dan mengirim pasukan bantuan berjumlah seribu orang. Secara kasat
mata kekuatan Muslim hanya sepertiga dari kekuatan kafir, namun Muslim sudah
memiliki strategi jitu yaitu menguasai sumur Badar.
Pada 17
Ramadhan, kedua pasukan bertemu, peperangan itu dimulai dengan duel satu lawan
satu dari pihak Muslim dan dari pihak kafir. Kemudian Nabi menyeru pada
pasukannya agar mempertahankan serangan jarak jauh saja untuk meminimalisir
korban. Akan tetapi peperangan terlanjur berkobar sehingga harus benar-benar bertemu
musuh dari jarak dekat.
Nabi
Muhammad menjadi pemimpin terdepan di peperangan ini. Sembari berperang beliau
memohon pada Alloh agar memenangkan umat Islam di peperangan ini jika tidak
maka tamatlah riwayat Islam dari muka bumi. Alloh adalah sebaik-baik penjaga,
DIA akan menjaga agama yang Haq yaitu Islam dari makar orang-orang kafir. Alloh
pun menurunkan beribu tentara malaikat yang bertanda khusus untuk membantu Nabi
Muhammad dan kaum Muslimin.
Dalam
Al-Quran dijelaskan melalui surat Al-Imran ayat 123 :
“Dan
sesungguhnya Allah telah menolong kamu mencapai kemenangan dalam peperangan
Badar, sedang kamu berkeadaan lemah (kerana kamu sedikit bilangannya dan
kekurangan alat perang). Oleh itu bertaqwalah kamu kepada Allah, supaya kamu
bersyukur (akan kemenangan itu). (Ingatlah wahai Muhammad) ketika engkau
berkata kepada orang-orang yang beriman (untuk menguatkan semangat mereka):
"Tidakkah cukup bagi kamu, bahawa Allah membantu kamu dengan tiga ribu
tentera dari malaikat yang diturunkan?," Bahkan (mencukupi. Dalam pada itu)
jika kamu bersabar dan bertaqwa, dan mereka (musuh) datang menyerang kamu
dengan serta-merta, nescaya Allah membantu kamu dengan lima ribu malaikat yang
bertanda masing-masing.”
Perang
berlangsung selama kurang lebih setengah hari, dan akhirnya pihak Muslim menang
dari kafir Quraisy walaupun kekuatan kafir 3 kali kekuatan Muslim. Nabi beserta
umat Islam pun kembali ke Madinah dengan membawa rampasan perang yang banyak
yang memang secara peraturan sudah menjadi hak yang menang.
Perang
Badar adalah perang yang sangat penting bagi Islam karena lewat perang inilah
status Quo kekuatan kafir Quraisy Mekkah yang terkenal kuat di semenanjung Arab
akhirnya terpatahkan.
Perang ini
juga membuktikan bahwa Muhammad sebagai Rasul dan Pemimpin Masyarakat Islam
yang saat itu berpusat di Madinah tidak bisa dipandang sebelah mata dan
merupakan kekuatan baru di semenanjung Arab. Begitulah Alloh memenangkan
orang-orang Islam.
Perang Uhud
Setelah
kekalahan telak kafir Quraisy di perang Badar, mereka sangat membenci Nabi dan
berusaha menyusun kekuatan untuk membalas dendam pada Nabi dan pengikutnya.
Bagaimana tidak para kafir Quraisy yang jumlahnya tiga kali lipat dan peralatan
lebih canggih bisa kalah dan banyak sekali tokoh kafir Quraisy yang gugur dalam
perang Badar.
Akhirnya pada
bulan syawal tahun ketiga hijriyah kafir Makkah berencana menyerang Madinah,
mendengar ini, Nabi dan sahabat menyusun strategi dan berencana menghadang
mereka di luar Madinah yaitu di Gunung Uhud yaitu sebuah gunung yang tingginya
128m di sebelah utara Madinah kurang lebih 5,5 km dari Masjid Nabawi.
Tibalah
pasukan Muslim duluan di Uhud sebelum pasukan kafir datang, Nabi memerintahkan
prajurit ahli panah keatas gunung Uhud agar bisa menguasai medan. Saat dua
pasukan berhadapan mulailah pertempuran dan Nabi memerintahkan prajurit panah
menghhujani anak panah ke arah musuh dan musuh pun kocar-kacir dan mundur.
Melihat musuh mundur prajurit panah turun gunung mengambil harta rampasan
perang padahal Nabi belum memerintahkan untuk turun. Akhirnya kafir Quraisy
mengetahui jika atas bukit lemah pertahanannya, mereka naik keatas bukit dan
ganti menghujani pasukan muslim yang sibuk mengumpulkan rampasan perang di
bawah.
Dari
situlah akhirnya pasukan muslim mengalami kekalahan. Banyak sahabat yang gugur.
Nabi pun mengalami luka yang sangat serius. Umat Muslim kalah dalam perang Uhud
karena tidak mematuhi perintah Rasul dan lebih silau harta rampasan perang. Ini
benar-benar menjadi pelajaran berharga buat Umat Islam di kemudian hari.
Perang
Al-Ahzab atau Perang Khandak
Walau kaum
Muslim sudah kalah di perang Uhud namun kaum kafir tidak puas begitu saja,
mereka tetap ingin menghabisi pengikut Muhammad. Mereka melakukan penghasutan
kaum Yahudi Madinah agar terus melakukan perlawanan pada umat Muslim. Mereka
bersekutu menyusun kekuatan untuk menghancurkan kekuatan Muhammad.
Pada
tanggal 7 Syawal tahun 5 Hijriyah, kaum kafir Quraisy dan kaum Yahudi Madinah
bersatu mengepung Madinah. Mereka semua berjumlah 10 ribu orang lebih sedangkan
kekuatan umat Islam saat itu hanya 3000 orang saja.
Jadi
rencananya umat Muslim akan diserang dari dua arah yaitu dari muka oleh kafir
Quraisy dan dari belakang oleh Yahudi Madinah. Umat Muslim pun berkumpul dan
berunding, strategi apa yang akan digunakan untuk menghadang musuh. Akhirnya
seorang sahabat yang bernama Salman Al Farisi memberi usul untuk sesegera
mungkin menggali parit mengelilingi Madinah agar musuh bingung untuk mencapai
Madinah tak ada jalan.
Dengan
kekuatan iman dan semangat jihad yang membara, umat Muslim dan Nabi bersama
membangun parit itu. Nabi Muhammad berdoa pada Alloh SWT “Ya Allah, yang menurunkan kitab
dan cepat membuat perhitungan! Kalahkanlah kaum Ahzab dan goncangkanlah
pendirian mereka.” Akhirnya
pertolongan Alooh pun datang, sebelum sempat terjadi pertempuran sengit
tiba-tiba terdapat badai pasir yang mengocar-kacirkan pertahanan musuh. Dan
akhirnya musuh pun mundur berkat pertolongan Alloh terhadap Muslim Madinah.
Kota
Madinah dan Nabi beserta pengikutnya akhirnya terselamatkan. Dalam Al-Quran
situasi ini digambarkan dalam surat Al-Ahzab ayat 9-11 sebagai berikut :
“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah
dikurniakan) kepada kalian ketika datang kepada kalian pasukan, lalu Kami
mengirimkan kepada mereka angin taufan dan pasukan yang tidak dapat kamu lihat.”
Perang
Mu’tah
Pada
tanggal 5 Jumadil Awal tahun 8 Hijriyah terjadilah pertempuran yang sangat
sengit antara pasukan Islam dengan pasukan terkuat di muka bumi ini yaitu
pasukan Bangsa Rum. Pasukan Islam yang hanya berkekuatan 3000 orang dipaksa
melawan pasukan Romawi atau Bangsa Rum yang berkekuatan 200.000 orang. Perang
ini disebut Perang Mu’tah karena terjadi di daerah Mu’tah yang sekarang menjadi
wilayah kekuasaan Yordania.
Perang ini
terjadi dikarenakan kesombongan Raja Heraklius Sang Penguasa Romawi saat itu.
Ketika Rosullullah mengutus seorang utusan, utusan tersebut malah dipenggal
kepalanya. Tak sampai disitu usaha Nabi Muhammad untuk menyampaikan dakwahnya
pada Raja Heraclius, beliau lalu mengirim 15 orang utusan damai sekaligus tetapi
hal yang sama juga terjadi yaitu ke lima belas orang utusan tersebut juga
dibunuh. Padahal menurut peraturan diplomatik saat itu tidak boleh utusan suatu
negara dibunuh, itu sama saja menghina negara yang mengutusnya dan mengajak
perang.
Akhirnya
untuk membela kedaulatan negara dan membela harga diri Islam Rosulullah pun
memutuskan untuk mengirim pasukan terbesarnya yang hanya 3000 orang, suatu
pasukan terbesar yang dimiliki Madinah saat itu setelah perang Al-Ahzab. Nabi
Muhammad sebenarnya sadar bahwa Romawi adalah negara adidaya yang sangat kuat
dan sulit untuk ditaklukkan, namun hal itu harus dilakukan karena lambat laun
suatu saat bisa saja Pasukan Romawi yang menyerang Madinah.
Menghadapi
kekuatan musuh yang begitu besar, Rosul Muhammad pun langsung menunjuk tiga
panglima perang sekaligus. Itulah pertama kalinya Nabi Muhammad menunjuk tiga
panglima perang sekaligus karena kekuatan Romawi yang begitu besarnya
Berikut ini
adalah sabda beliau :
“Pasukan
ini dipimpin oleh Zaid bin Haritsah, bila ia gugur komando dipegang oleh Ja’far
bin Abu Thalib, bila gugur pula panji diambil oleh Abdullah bin Rawahah.”
Benarlah
perkiraan Nabi Muhammad, saat peperangan berkecamuk satu per satu panglima
perang Muslim gugur.
Saat sudah
tak ada lagi pemimpin perang, para prajurit Muslim berunding untuk menentukan
penggantinya. Akhirnya dipilihlah Khalid bin Walid, seorang mantan panglima
perang kafir Quraisy yang baru masuk Islam. Awalnya saat masuk dijajaran
prajurit Islam, Khalid bin Walid hanya seorang prajurit biasa walau sebelumnya
ia adalah seorang panglima perang di kafir Quraisy.
Saat ia
belum masuk Islam dan saat memimpin perang di pasukan kafir Quraisy, Khalid bin
Walid terkenal akan strategi jitunya sehingga ketika tiga panglima perang Islam
syahid di medan Mu’tah, ialah yang paling cocok menggantikan sebagai pemimpin.
Sebenarnya Nabi pun sudah memprediksi akan hal ini. Nabi meletakkan Khalid bin
Walid awalnya sebagai prajurit biasa hanya ingin menguji apakah ia masuk Islam
karena Alloh atau karena jabatan. Dan ternyata Khalid bin Walid lulus dengan
ujian itu.
Khalid
segera menyusun strategi. Ia sadar untuk menghadapi pasukan Romawi yang begitu
kuat ia harus mempunyai tak-tik jitu. Akhirnya sisa pasukan Islam yang hanya
sedikit ia bagi menjadi beberapa kelompok dan tiap kelompok harus selalu
berganti posisi. Sayap kiri harus berganti ke sayap kanan, bagian depan harus
segera berganti ke bagian belakang agar musuh mengira pasukan Islam mendapat
bala bantuan lagi dan lebih banyak. Kemudian Khalid juga menyerukan agar
pasukan berkuda membawa pelepah yang disapukan ke tanah agar debu berterbangan
sehingga dikira musuh jumlah mereka banyak.
Melihat
pasukan Islam seperti bertambah banyak, musuh pun mulai ciut hatinya.
Sebenarnya musuh mengakui semangat pasukan Islam walau jumlahnya sedikit,
mebuat musuh kualahan juga. Akhirnya musuh pun mundur. Pasukan Romawi mundur
dari peperangan dan pasukan Islam yang jumlahnya jauh lebih sedikit dan
peralatannya juga masih jauh kalah canggih memenangkan pertarungan Mu’tah ini
dengan strategi cerdik dan tentu saja pertolongan Alloh.
Pertempuran
Mu’tah ini menjadi awal dari pertempuran antara Arab dan Romawi yang kemudian
Romawi akhirnya jatuh ke pemerintahan Islam melalui Muhammad Al-Fatih II
seorang pemuda sekaligus Raja Islam yang sangat khusyu’ dalam beribadah dan
sangat cerdas serta amanah dalam memimpin.
Masih
banyak peperangan lain yang harus dihadapi Nabi dan orang Muslim saat itu guna
menegakkan hukum Alloh SWT, namun tidak penulis lakukan karena space nya
terbatas.
Fathul
Makkah
Eksistensi
Nabi Muhammad dan pemerintahan Islam Madinah semakin kuat dan juga di mata
dunia Madinah mulai diperhitungkan sebagai kekuatan baru. Hal ini membuat para
Quraisy Mekkah semakin ciut nyali. Namun begitu mereka tetap saja membuat
gara-gara namun tidak langsung menyerang Madinah akan tetapi menyerang sekutu
Madinah yang kecil-kecil. Seperti yang terjadi pada Bani Khaza’ah yang
merupakan sekutu Islam/Madinah. Kafir Quraisy Mekkah melalui sekutu kafirnya
Bani Bakr menyerang Bani Khaza’ah dan menewaskan 20 orang dari Bani Khaza’ah.
Mendengar
laporan dari utusan Bani Khaza’ah, Nabi Muhammad pun geram karena hal itu
merupakan pelanggaran terhadap perjanjian yang telah disepakati antara pihak
Islam/Madinah dengan pihak kafir Quraisy Mekkah yaitu perjanjian Hudaibiyah
yang salah satu isinya adalah selama sepuluh tahun tidak boleh saling
menyerang. Hal ini berarti pihak kafir Quraisy yang memulai minta perang
duluan.
Akhirnya
Rasululloh pun mengkonsolidasi pasukannya yang saat itu sudah mencapai 10.000
orang berangkat menuju Mekkah. Ditengah perjalanan banyak yang bergabung
bersama pasukan Islam seperti Abbas bin Abdul Muthalib, Abu Sufyann bin Haris
bin Abdul Muthalib dan Abdullah bin Abi Umayyah bin Al-Mughirah, tentu saja
pemuka Quraisy tersebut bergabung juga dengan membawa pasukan masing-masing.
Dengan begitu kekuatan pasukan Islam pun semakin banyak dan kuat.
Ditengah
perjalanan mereka istirahat dan berkemah di Marr Al-Zhahran, sebuah daerah
dekat dengan kota Makkah. Mereka membuat api unggun yang besar disana sehingga
terlihat oleh masyarakat Makkah menyebabkan rasa takut dan was-was. Akhirnya
keesokan harinya mereka tiba di Makkah. Pasukan dibagi menjadi empat bagian.
Pertama dipimpin oleh Zubair bin Al-Awwam yang memasuki Mekkah dari Utara.
Kedua dipimpin oleh Khalid bin Walid yang memasuki Mekkah dari Selatan. Ketiga
dipimpin oleh Sa’d bin Ubadah dan puteranya Qais bin Sa’d yang masuk dari
Barat. Yang ke empat dipimpin oleh Abu Ubaidahbin Al-Jarrah yang bersama Nabi
Muhammad melalui barat laut.
Dalam
memasuki Makkah dari segala penjuru itu, Nabi berpesan agar jangan sampai
menumpahkan darah kecuali terpaksa. Akhirnya seluruh kaum Muslimin berhasil
masuk ke kota Mekkah tanpa ada pertumpahan darah kecuali yang dipimpin oleh
Khalid bin Walid yang diserang oleh sekelompok Quraisy yang mengakibatkan dua
orang syahid dari pihak Muslim.
Mereka
semua kemudian memasuki Ka’bah dan membersihkan Ka’bah dari segala berhala.
Lalu Nabi Muhammad SAW memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan Adzan dan
mereka semua shalat berjamaah. Setelah itu Rosulullah berseru pada seluruh
penduduk Makkah yang dahulu pernah menyiksa dan merampas hak kaum Muslimin
serta mengusirnya dari kampung halaman.
Rosul pun
berseru sebagai berikut :
“Menurut
dugaan kalian, apa yang akan aku lakukan terhadap kalian?
“Kami
berharap yang baik-baik wahai saudara yang mulia dan putra saudara yang mulia.”
Jawab penduduk Mekkah
“Tidak ada
hukuman sama sekali atas kalian. Hari ini Allah telah mengampuni kalian.”
Begitulah
akhlak Rosulullah yang akhirnya membuat penduduk Makkah berbondong-bondong
masuk Islam. Peristiwa ini terkenal dengan nama Fathul Makkah atau penaklukan
kota Makkah. Peristiwa ini terjadi pada tahun 8 Hijriyah tanggal 20 Ramadhan.
Istri-Istri
Nabi Muhammad SAW.
Menurut
sejarah Nabi Muhammad memiliki lebih dari satu Istri, ada riwayat yang
mengatakan sembilan namun ada juga yang menyatakan lebih. Namun selama bersama
Khadijah Nabi tidak pernah melakukan poligami. Saat Khadijah wafat dan ketika
beban dakwah begitu berat, para sahabat menyarankan agar Nabi menikah lagi
supaya ada yang mengurus beliau dan anak-anaknya ketika di rumah.
Perlu
digaris bawahi Nabi memiliki banyak istri bukan karena keinginan Nabi untuk
poligami tapi sebagian besar dilakukan justru untuk berdakwah menyebarkan Islam
dan uuntuk melindungi janda-janda perang yang suaminya syahid. Semua istri Nabi
adalah janda kecuali Aisyah yang dinikahi Nabi masih gadis.
Seperti
alasan Nabi menikahi Juayriya Bint Al-Harith adalah untuk menyebarkan Islam.
Juayriya Bint Al-Harith adalah seorang janda tawanan dalam perang Al-Mustalaq
yang merupakan tokoh terpandang alias bangsawan dari Bani Al Mustalaq yang
memiliki massa dan pengaruh. Jika Nabi memerdekakannya dan menikahinya maka
kemungkinan besar massa dari Juayriya Bint Al-Harith juga akan masuk Islam dan
itu akan mengokohkan kedudukan pemerintahan Islam di Madinah dan di Jazirah
Arab. Jadi alasan Nabi menikah adalah untuk Islam bukan untuk memuaskan “nafsu
birahi” seperti yang dituduhkan musuh-musuh Islam.
Setelah
Juayriya Bint Al-Harith dibebaskan, Nabi memberi pilihan apakah Juayriya Bint
Al-Harith ingin kembali pada keluarganya atau masuk Islam. Setelah memilih
masuk Islam Nabi pun mengajukan lamaran yang sebelumnya tak disangka oleh
Juayriya Bint Al-Harith, hal inilah yang membuat Bani Al-Mustalaq merasa
terhormat dan akhirnya mereka semua masuk Islam.
Saat Nabi
menikahi Aisyah anak Abu Bakar yang saat itu baru berusia 9 tahun juga untuk
menjaga martabat sahabatnya, Abu Bakar yang selalu menolongnya dalam
memperjuangkan Islam. Ketika itu, di Mekkah saat Islam belum kuat, kaum kafir
gemar sekali melecehkan perempuan. Aisyah yang saat itu menginjak remaja dan
menjadi gadis yang sangat mempesona dengan kecantikan dan kecerdasannya
dikhawatirkan akan menjadi korban para kafir Quraisy sedangkan Abu Bakar sudah
berusia lanjut, sehingga turunlah perintah Alloh pada Nabi untuk menikahi
Aisyah.
Ketika Nabi
menikahi Aisyah, saat itu Aisyah masih berusia 9 tahun dan sedang bermain
boneka layaknya anak seusianya. Dan jangan berfikir jika setelah menikah lalu
Nabi akan menuanikan “haknya” layaknya pengantin pria pada istrinya. Menurut
riwayat, Aisyah tetap tinggal bersama ibunya sampai ia cukup umur. Nabi
Muhammad SAW dan Aisyah tinggal bersama ketika Aisyah kurang lebih berumur 19
tahun. Tujuan Nabi menikahinya adalah untuk menjaga anak sahabatnya dari para
kafir jahanam agar tidak ada berani yang melecehkan anak sahabatnya itu.
Dalam
riwayat disebutkan bahwa Nabi pun bermain dengan Aisyah seperti bermain dengan
anak-anak saat Aisyah belum cukup umur. Tak ada satupun hadist yang
meriwayatkan tentang hubungan suami-istri yang dilakukan Nabi dan Aisyah saat
Aisyah masih belia. Nabi sangat menghormati anak sahabatnya itu begitupun
Aisyah juga sangat menghormati Nabi Muhammad.
Banyak lagi
latar belakang mengapa Nabi Muhammad berpoligami yang ujung-ujungnya adalah
untuk menyebarkan Islam, melindungi janda yang suaminya menjadi syahid dan
untuk menjaga kedaulatan pemerintahan Islam di Madinah yang saat itu memang
sangat rentan sekali diadu domba kafir Quraisy dan Yahudi yang benci dengan
Islam. Jadi intinya Nabi memiliki istri banyak bukan karena syahwat pribadi
namun ujung-ujungnya adalah untuk Islam.
Pada waktu
itu masyarakatnya masih sangat liar sekali sehingga jika seorang perempuan tak
punya pelindung seperti suami atau ayah yang memiliki kuasa maka akan menjadi
sasaran empuk untuk diperlakukan zalim. Tentu saja Nabi tak ingin itu terjadi
pada wanita muslimah yang sudah rela mengizinkan suaminya jihad sampai syahid
itu diperlakukan keji oleh para kafir. Dan jalan terbaik adalah menikahinya
jika memang sang janda tersebut sudah tak memiliki wali yang kuat alias ayah
atau saudara laki-laki yang kuat. Jika hanya melindunginya saja tanpa
menikahinya maka akan dikhawatirkan timbul fitnah yang diada-adakan oleh pihak
musuh.
Sangat
jahat dan keji sekali orang yang menuduh Nabi Muhammad melakukan poligami
karena syahwat. Jangan dibandingkan pria zaman sekarang, punya harta lebih
sedikit saja pinginnya nikah lagi, kalau ditanya alasannya melakukan sunnah
Rosul tapi sebenarnya agamanya nol, gak pernah sholat, gak bisa ngaji,
ujung-ujungnya malah rumah tangganya berantakan (Naudzubillah), bener-bener
pria zaman sekarang (yang seperti itu) tak tau diri. Mungkin gak pernah tahu
Biografi Nabi Muhammad secara benar dan utuh.
Berikut ini
adalah nama istri-istri Nabi Muhammad SAW :
1. Khadijah
binti Khuwailid
2. Saudah
binti Zam'ah
3. Aisyah
binti Abu Bakar
4. Hafshah
binti Umar bin al-Khattab
5. Hindun
binti Abi Umayyah (Ummu Salamah)
6. Ramlah
binti Abu Sufyan (Ummu Habibah)
7. Juwayriyah
(Barrah) binti Harits
8. Shafiyah
binti Huyay
9. Zaynab
binti Jahsy
10. Zaynab
binti Khuzaymah
11. Maymunah
binti al-Harits
12. Maria binti Syama’un
atau Maria Al-Qabtiyya
Para istri
Nabi Muhammad ini diberi julukan Ummu Al-Mukminin atau Ibu para Mukmin dan
sepeninggal Rosulullah tidak diperkenankan menikah lagi dengan orang lain.
Wafatnya
Nabi Muhammad SAW
PAGI itu,
Rasulullah dengan suara terbata-bata memberikan petuah: “Wahai umatku, kita
semua ada dalam kekuasaan Allah dan Cinta Kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah
hanya kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, Sunnah dan Al-Qur’an. Barang
siapa yang mencintai Sunnahku berarti mencintai aku, dan kelak orang-orang yang
mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku,".
Khutbah
singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasullah yang teduh menatap
sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca. Umar
dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Ustman menghela nafas panjang
dan Ali menundukan kepalanya dalam-dalam.
Isyarat itu
telah datang, saatnya sudah tiba “Rasulullah akan meninggalkan kita semua,”
desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan
tugasnya di dunia.
Tanda-tanda
itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang
limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana
sepertinya tengah menahan detik-detik berlalu.
Matahari
kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya,
Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan
membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu
terdengar seseorang yang berseru mengucapkan salam.
“Assalaamu’alaikum…
.Bolehkah saya masuk ?” tanyanya.
Tapi
Fatimah tidak mengijinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata
Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani
ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya kepada Fatimah.
“Siapakah
itu, wahai anakku?”
“Tak
tahulah aku ayah, sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah
lembut. Lalu Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang
menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak dikenang.
“Ketahuilah,
dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan
di dunia. dialah Malaikat Maut,” kata Rasulullah. Fatimah pun menahan
tangisnya.
Malaikat
Maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut
menyertai. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas
langit untuk menyambut ruh kekasih Allah dan Penghulu dunia ini. (sepertinya
Malaikat Jibril Tidak Sanggup melihat Rasulullah dicabut nyawanya)
“Jibril,
jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?” Tanya Rasulullah dengan suara
yang amat lemah.
“Pintu-pintu
langit telah dibuka, para malaikat telah menanti Ruhmu, semua pintu Surga
terbuka lebar menanti kedatanganmu” kata Jibril. Tapi itu semua ternyata tidak
membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
“Engkau
tidak senang mendengar kabar ini, Ya Rasulullah?” tanya Jibril lagi.
“Kabarkan
kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”
“Jangan
khawatir, wahai Rasulullah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku:
‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada
didalamnya’,” kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan
tugas. Perlahan Ruh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah
bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.
“Jibril,
betapa sakit sakaratul maut ini,” ujar Rasulullah mengaduh lirih.
Fatimah
terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan
muka.
“Jijikkah
engkau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu, wahai Jibril?” tanya Rasulullah
pada malaikat pengantar wahyu itu.
“Siapakah
yang tega, melihat kekasih Allah direngut ajal,” kata Jibril.
Sebentar
kemudian terdengar Rasulullah memekik karena sakit yang tak tertahankan lagi.
“Ya Allah,
dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan
kepada umatku.”
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah
tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikan sesuatu, Ali
segera mendekatkan telinganya.
“Peliharalah
shalat dan santuni orang-orang lemah diantaramu”
Di luar pintu, tangis mulai terdengar bersahutan,
sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali
kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
“Ummatii.
ummatii. ummatii.”
“Wahai jiwa
yang tenang kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya,
maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam jannah-Ku.”
‘Aisyah ra
berkata: ”Maka jatuhlah tangan Rasulullah, dan kepala beliau menjadi berat di
atas dadaku, dan sungguh aku telah tahu bahwa beliau telah wafat.”
Dia
berkata: ”Aku tidak tahu apa yg harus aku lakukan, tidak ada yg kuperbuat
selain keluar dari kamarku menuju masjid, yg disana ada para sahabat, dan
kukatakan:
”Rasulullah
telah wafat, Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat.”
Maka
mengalirlah tangisan di dalam masjid, karena beratnya kabar tersebut, ‘Ustman
bin Affan seperti anak kecil menggerakkan tangannya ke kiri dan ke kanan.
Adapun Umar bin Khathab berkata: ”Jika ada seseorang
yang mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah meninggal,
akan kupotong kepalanya dengan pedangku, beliau hanya pergi untuk menemui
Rabb-Nya sebagaimana Musa pergi untuk menemui Rabb-Nya.”
Adapun orang yg paling tegar adalah Abu Bakar, dia
masuk kepada Rasulullah, memeluk beliau dan berkata: ”Wahai sahabatku, wahai
kekasihku, wahai bapakku.”
Kemudian
dia mencium Rasulullah dan berkata: ”Anda mulia dalam hidup dan dalam keadaan
mati.”
Keluarlah Abu Bakar ra menemui orang-orang dan
berkata: ”Barangsiapa menyembah Muhammad, maka Muhammad sekarang telah wafat,
dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah kekal, hidup, dan
tidak akan mati.”
‘Aisyah
berkata: “Maka akupun keluar dan menangis, aku mencari tempat untuk menyendiri
dan aku menangis sendiri.”
Inna lillahi wainna ilaihi raji’un, telah berpulang ke
rahmat Allah manusia yang paling mulia, manusia yang paling kita cintai pada waktu
dhuha ketika memanas di hari Senin 12 Rabiul Awal 11 H tepat pada usia 63 tahun
lebih 4 hari. Shalawat dan salam selalu tercurah untuk Nabi tercinta
Rasulullah. Kemudian jenazah Yang Mulia Rosul dimakamkan di dekat masjid Nabawi
di Madinah.
Itulah teman Biografi Nabi Muhammad SAW. Seorang
manusia mulia yang berjuang dengan segenap jiwa dan raganya memperbaiki
masyarakat yang rusak parah menjadi masyarakat madani yaitu masyarakat yang
hidup dengan aturan-aturan Alloh SWT.
Tak ada manusia sebelum dan sesudahnya yang bisa
sukses mengemban misi ini, menjadi kepala rumah tangga yang adil dan menyayangi
keluarganya, menjadi pemuka agama, menjadi pemimpin umat, menjadi kepala
negara, pengusaha sukses dan banyak lagi prestasi Nabi Muhammad yang dapat
menjadi panutan bagi kita semua. Dunia – akhirat dapat beliau taklukkan dengan
berpedoman Al-Quran.
Orang diluar Islam pun banyak yang mengakui kesuksesan
Nabi Muhammad bahkan seorang penulis Yahudi, Michael H Hart dalam bukunya yang
termasyur yaitu “100 Tokoh Dunia Yang Paling Berpengaruh” menempatkan Nabi Muhammad
SAW diurutan pertama.
Semoga kita
juga bisa meneladani beliau, Shalawat serta Salam selalu tercurah untuk beliau
dan keluarganya. Amin.
Allahumma
shali'alla Muhammad....
0 comments:
Post a Comment